Minggu, 08 Mei 2016

Kebudayaan OJUNG di Situbondo




BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG
            Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi ( budi atau akal ) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
           
Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
           
Berawal dari hal ini, muncul lah peran sistem sosial budaya dalam rangka mengatur, memberikan jalan dan membahas segala macam kejadian yang terjadi dalam suatu kebudayaan. Hal itu itu bisa berupa pembahasan mengenai awal mula atau sejarah kebudayaan muncul dan bahkan sampai perubahan kebudayaan itu sendiri. Sosial Budaya juga memliki tujuan yang kongkrit demi tercapainya suatu masyarakat atau bangsa yang sejahtera.
           
Sosial Budaya adalah 2 hal yang sangat urgent dan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Di Indonesia kaya akan ragam budayanya, jadi tidak mustahil jika banyak hasil cipta rasa dan karya dalam berbagai adat dan ragam sosial budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia banyak dilirik oleh bangsa lain. Maka dari itu selayaknya bagi bangsa dan masyarakat Indonesia harus menjaga, melestarikan dan bangga akan kekayaan yang dipunyainya. Di dalam makalah ini kami akan membahas salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh bangsaj Indonesia yaitu Kebudayaan Ojhung yang berasal dari Kabupaten Situbondo.  
           
I.2. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana Asal Usul dan Perkembangan Kebudayaan Ojung?
b. Apa Syarat dan Ketentuan Kebudayaan Ojung?
c. Bagaimana Tahapan dan Proses dalam Tradisi Kebudayaan Ojung?

I.3. TUJUAN PENULISAN
a. Mengetahui Asal Usul dan Perkembangan Kebudayaan Ojung
b. Mengetahui Syarat dan Ketentuan Kebudayaan Ojung
c. Mengetahui Tahapan dan Proses dalam Tradisi Kebudayaan Ojung
BAB II
PEMBAHASAN

II. 1.  Asal Usul dan Perkembangan Kebudayaan Ojung
            Ojhung atau Ojung adalah suatu kebudayaan dari Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, dimana kebudayaan ojhung itu sendiri telah dianut dan dilakukan oleh para leluhur dan nenek moyang (pembabat) Desa Bugeman terdahulu. Kebudayaan ini telah dilakukan secara turun temurun oleh 17 keturunan para leluhur Desa Bugeman. Tradisi ini sebelumnya dilaksanakan atas dasar masyarakat Desa Bugeman memiliki hajat atau tujuan yaitu untuk meminta hujan kepada sang kuasa  dan juga untuk menghindari bencana atau penolak bala Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo. Pada zaman dahulu desa Bugeman tersebut mengalami kekeringan dan jarang sekali turun hujan. Dari kejadian tersebut, akhirnya masyarakat desa Bugeman mengadakan selametan atau mengadakan upacara adat yang bertujuan untuk memberikan sesajen atau simbol rasa syukur masyarakat Desa Bugeman atas tercapainya tujuan masyarakat Desa Bugeman itu sendiri. Selain simbol rasa syukur kebudayaan Ojhung kepada sang kuasa kebudayaan ini juga digunakan oleh masyarakat Desa Bugeman sebagai pertandingan atau hiburan desa setempat yang diikuti oleh masyarakat Desa Bugeman, meliputi anak-anak, para pemuda desa, orang tua dan lain-lain.
            Seiring dengan perkembangan globalisasi dan modernisasi yang terjadi di Indonesia, khususnya di Kabupaten Situbondo yakni Desa Bugeman yang menganut dan memiliki salah satu kebudayaan masyarakat Indonesia. Namun hal itu tidak akan mempengaruhi kepercayaan dan tradisi kebudayaan ojhung yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bugeman. Masyarakat Desa Bugeman sendiri tidak berani untuk meninggalkan kebudayaan Ojhung atau menggantinya dengan kebudayaan lain (modern) karena masyarakat setempat takut apabila kebudayaan lama diganti, maka mereka meyakini bahwa akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti masyarakat setempat mengalami berbagai penyakit, hewan ternak banyak yang hilang atau mati dan hasil tani mengalami kegagalan. Sehingga masyarakat akan tetap memelihara dan melestarikan kebudayaan tersebut kepada generasi selanjutnya sampai kapanpun secara terus menurus dan berkelanjutan.

II. 2.  Syarat dan Ketentuan Kebudayaan Ojung
            Kebudayaan Ojhung memiliki syarat dan ketentuan yang sangat banyak, diantaranya yang pertama adalah masyarakat Desa Bugeman mengadakan slamatan sebelum acara ojhung dilaksanakan, atau tepatnya satu hari sebelum acara ojhung tersebut di mulai. Slamatan tersebut ditujukan untuk acara maulid Nabi Muhammad SAW dan yang kedua adalah untuk kegiatan ojhung sendiri. Tujuan dari diadakan slamatan itu agar acara berjalan lancar dan tidak ada suatu kendala atau bahaya yang terjadi pada waktu acara dilaksanakan.
Ada pun syarat yang harus disiapkan sebelum upacara dilaksanakan  adalah penyiapan sesajen. Di dalam sesajen itu ada berbagai macam isian, seperti nasi 7 warna, bunga 1000 macam, kepala sapi, kepala kambing dan kepala kerbau, 1000 tusuk sate, kue yang warnanya menyerupai warna 7  hewan buas, dan tempat yang dipergunakan untuk menaruh sesajen yaitu legin yang terbuat dari bambu.
Adapun ketentuan harus dilaksanakan yaitu panitia penyelenggara tradisi ojung ditunjuk langsung oleh kepala desa setempat, orang yang membuat tempat sesajen adalah orang yang dipercaya oleh kepala desa, dan dalam proses pencarian bunga atau kembang 1000 macam harus dilakukan oleh 1 orang yang ditunjuk oleh kepala desa (orang yang mencari adalah orang yang sama). Penyiapan sesajen harus dilakukan dan disiapkan satu bulan sebelum acara ojung dilaksanakan. Tempat upacara dilakukan yaitu di rumah pemangku adat setempat. Aturan dalam aksi ojung tiap pemain memiliki jatah memukul dan menangkis masing-masing 3 kali.
            Alat-alat yang dipergunakan dalam tradisi ojung yaitu rotan yang telah dipersiapkan khusus oleh panitia penyelenggara, sedangkan untuk pakaian para pemain ojung diwajibkan hanya memakai sarung dengan kopyah, dan terdapat pula alat musik yang dimainkan untuk mengiringi pemain dalam melaksanakan tradisi ojung tersebut, seperti gamelan, gendang, dan gong.

II. 3. Tahapan dan Proses dalam Tradisi Kebudayaan Ojung
            Sebelum tradisi ojung dilakukan masyarakat desa bugeman melakukan selametan desa terlebih dahulu sebelum acara upacara adat dan ojung dilaksanakan dan sekaligus memperingati maulid Nabi Muhammad SAW, setelah selametan dan maulid Nabi Muhammad SAW selesai maka masyarakat bugeman membawa sesajen dari rumah kepala desa menuju tempat panitenan atau rumah pemuka adat untuk di doa kan, untuk memohon kepada Sang Kuasa agar masyarakat mendapatkan keselamatan dari bala dan agar lebih baik dari tahun sebelumnya. Acara tersebut tepatnya dilakukan satu hari sebelum ojung tersebut dilaksanakan, yaitu hari senin. Setelah selamatan dilaksanakan keesokan harinya (hari selasa) pagi dilaksanakan upacara adat dan penyambutan kegiatan ojung tersebut. Rangkaian kegiatan ojung dilaksanakan hari selasa pukul 13.00 WIB hingga sekitar pukul 18.00 WIB. Kegiatan ojung dilaksanakan hari selasa karena menurut masyarakat desa bugeman hari tersebut diyakini bahwa hari yang bagus dan sangat sakral untuk tradisi ojung tersebut. Sebelum kegiatan ojung dilaksanakan saat siang hari atau sesudah upacara adat dilakukan banyak kegiatan seperti pertunjukan tari-tarian yang diiringin gamelan, drumband dan musik untuk menyambut acara ojung tersebut. Setelah pertunjukan selesai sebelum memulai acara ojung tersebut maka dibuka dengan pembacaan do’an oleh ketua panitia dan diteruskan sambutan kepala desa bugeman kecamatan kendit lalu diteruskan oleh Bupati Situbondo sekaligus membuka acara ojung tersebut.
            Seusai pertunjukan Ojhung dimulai, ada pula hiburan-hiburan yang telah disediakan oleh panitia penyelenggara, seperti hiburan musik, kumpul bersama masyarakat desa dari wujud kebersamaan dan kekeluargaan, serta pengumuman perlombaan ojhung sendiri. Namun masyarakat desa atau peserta perlombaan ojhung tidak melihat hasil atau hadiah yang diperolehnya, namun mereka melakukan ojhung atas sukarela dan ikhlas, semata-mata hanya dijadikan hiburan ataupun tradisi rutin tahunan desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
            Ojhung atau Ojung adalah suatu kebudayaan khas dari Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, dimana kebudayaan ojhung itu sendiri telah dianut dan dilakukan oleh para leluhur dan nenek moyang (pembabat) Desa Bugeman terdahulu. Kebudayaan ini telah dilakukan secara turun temurun oleh 17 keturunan para leluhur Desa Bugeman. Tradisi ini sebelumnya dilaksanakan atas dasar masyarakat Desa Bugeman memiliki hajat atau tujuan yaitu untuk meminta hujan kepada sang kuasa  dan juga untuk menghindari bencana atau penolak bala Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo.
Syarat dan ketentuan yang harus disiapkan sebelum upacara dan kebudayaan ojung dilaksanakan adalah penyiapan sesajen. Di dalam sesajen itu ada berbagai macam isian, seperti nasi 7 warna, bunga 1000 macam, kepala sapi, kepala kambing dan kepala kerbau, 1000 tusuk sate, dan tempat yang dipergunakan untuk menaruh sesajen yaitu legin yang terbuat dari bambu. Alat-alat yang dipergunakan dalam tradisi ojung yaitu rotan, sedangkan untuk pakaian para pemain ojung diwajibkan hanya memakai sarung dengan kopyah, dan terdapat pula alat musik yang dimainkan untuk mengiringi pemain dalam melaksanakan tradisi ojung tersebut, seperti gamelan, gendang, dan gong.
            Sebelum tradisi ojung dilakukan masyarakat desa bugeman melakukan selametan, sekaligus memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Acara tersebut dilakukan satu hari sebelum ojung tersebut dilaksanakan, yaitu hari senin. Setelah selamatan dilaksanakan keesokan harinya (hari selasa) pagi dilaksanakan upacara adat dan penyambutan kegiatan ojung tersebut. Rangkaian kegiatan ojung dilaksanakan hari selasa pukul 13.00 WIB hingga sekitar pukul 18.00 WIB. Seusai pertunjukan Ojhung dimulai, ada pula hiburan-hiburan lain yang menarik, seperti hiburan musik, kumpul bersama masyarakat desa dari wujud kebersamaan dan kekeluargaan atas apa yang telah mereka peroleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post